Rabu, 16 Juli 2014

Janger Banyuwangi


Teater Janger atau kadang disebut Damarwulan atau Jinggoan, merupakan pertunjukan rakyat yang sejenis dengan ketoprak dan ludruk. Pertunjukan ini hidup dan berkembang di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur serta mempunyai lakon atau cerita yang diambil dari kisah-kisah legenda maupun cerita rakyat lainnya. Selain itu juga sama-sama dilengkapi pentas, sound system, layar/ tirai, gamelan, tari-tarian dan lawak. Serta pembagian cerita dalam babak-babak yang dimulai dari setelah Isya hingga menjelang Subuh.
Dalam wacana masyarakat Banyuwangi, karakter Minakjinggo digambarkan sangat berlawanan dengan apa yang diyakini masyarakat Jawa pada umumnya (berdasarkan cerita-cerita seperti Serat Damarwulan). Digambarkan Minakjinggo merupakan sosok yang bertemperamen buruk, kejam dan sewenang-wenang. Disamping buruk rupa, pincang, suka makan daun sirih dan lancing meminang Sri Ratu Kencanawungu (Ratu Majapahit).
Menurut pandangan masyarakat Banyuwangi, Minakjinggo digambarkan sebagai sosok yang rupawan, digandrungi banyak wanita, arif, bijaksana dan pengayom rakyatnya. Mengapa Minakjinggo memberontak? Menurut para sesepuh Banyuwangi itu lebih dikarenakan dia menagih janji Kencana Wungu untuk menjadikannya suami, setelah mampu mengalahkan Kebo Marcuet, dan dimenangkan oleh Minakjinggo. Wajah Minakjinggo menjadi rusak karena terluka pada saat bertarung dengan Kebo Marcuet, dan demi melihat wajah Minakjinggo yang rusak, maka Kencana Wungu menolak dan akhirnya Minakjinggo memberontak.
Teater Janger Banyuwangi ini merupakan salah satu kesenian hibrida, dimana unsure Jawa dan Bali bertemu jadi satu didalamnya. Gamelan, kostum dan gerak tarinya mengambil budaya Bali, namun lakon cerita dan bahasa justru mengambil dari budaya Jawa. Bahasa yang dipergunakan dalam kesenian ini adalah bahasa Jawa Tengahan yang merupakan bahasa teater ketoprak. Namun pada saat lawakan, digunakan bahasa Using sebagai bahasa pengantar. Lakon ceritanya pun justru diambil dari Serat Damarwulan yang dianggap penghinaan terhadap masyarakat Banyuwangi, yang anehnya malah berkembang subur.

Sabtu, 03 Mei 2014

Sawunggaling



Sawunggaling atau Jaka Berek ( nama waktu remaja )  adalah Legenda dari kota Surabaya.
Diceritakan ketika Tumenggung Jayengrono berburu hewan bertemu dengan gadis cantik putera Demang Suruh yang sedang mencuci baju di rawa Wiyung. akhirnya gayung bersambut kedua nya jatuh cinta dan melakukan hubungan intim , sampai Dewi Sangkrah hamil.
Tumenggung Jayengrono kembali ke Kadipaten Surabaya meninggalkan Dewi Sangkrah yang sedang mengandung , kemudian dewi sangkrah diberi kain (cindhe) puspita sebagai pertanda kelak ketika anaknya lahir.

Lahirnya sang bayi lelaki bersamaan dengan rawa Wiyung kejatuhan Ndaru (bintang) yang menyebabkan ikan ikan mati “berek” semua, oleh sebab itu bayi lelaki itu dinamakan dengan nama Jaka Berek.


Singkat cerita akhirnya Jaka Berek bertemu dgn ayah kandung nya berkat  bukti cindhe Puspita dan kemudian sang Ayahndanya pun memberikan nama baru untuk si Jaka Berek nama itu adalah “Sawunggaling”.

Saat Belanda membuat kontes siapa bisa memanah umbul umbul kebesaran di alun alun Surabaya akan menjadi pemilik Kadipaten Surabaya. Nah Adipati Surabaya sendiri tahu bahwa ini cuma akal akalan Belanda untuk menjajah secara tak langsung Kadipaten Surabaya. Karena jika sampai matahari terbenam tak ada yang berhasil memanah umbul umbul maka Kadipaten Surabaya jatuh menjadi milik belanda.

Ketika Jaka Berek mengetahui bahwa ayahnya sedang murung, maka bertanyalah dia. setelah mengetahui bahwa kemurungan ayahnya akibat dari masalah sayembara maka Jaka Berek pun bersedia maju untuk mengikuti perlombaan. Rupanya keinginannya dihalang-halangi saudaranya yang bersekutu dengan wakil Sunan Mataram. Ahirnya dengan berbagai alasan maka Jaka Berek dilarang ikut lomba. Untunglah Cakraningrat Bupati Madura yang hadir sebagai pengawas sayembara itu mempertaruhkan posisinya demi ikutnya Jaka Berek dalam sayembara itu.

Karena itu Jaka Berek sangat hormat kepada Cakraningrat, dia bersujud dan minta doa restu. kepada ayahnya dia juga minta doa restu, dan dipanahlah umbul umbul itu sampai jatuh dan menjelang matahari terbenam sayembara itu terpecahkan. Dan, Jaka Berek memenangkannya. Kadipaten Surabaya menjadi miliknya.

Rabu, 30 April 2014

SHINTA




SHINTA

Inti dari kisah Ramayana adalah penculikan Sita oleh Rahwana raja Kerajaan Alengka yang ingin mengawininya. Penculikan ini berakibat dengan hancurnya Kerajaan Alengka oleh serangan Rama yang dibantu bangsa Wanara dari Kerajaan Kiskenda.
Dalam tradisi pewayangan Jawa, Sita lebih sering dieja dengan nama Shinta.